Memelihara Binatang dan Kesehatan Anak
Benarkah memelihara hewan dapat
membuat si kecil belajar tanggung jawab? Bagaimana dengan penyakit yang
ditularkan oleh hewan, apakah tidak berbahaya bagi si kecil? Lalu bagaimana
jika si kecil suka hewan?
Sebagai orangtua, terkadang kita
heran melihat tingkah anak-anak jika sedang bermain dengan binatang
kesayangannya. Bahkan ada anak yang menangis tersedu-sedu ketika binatang
kesayangannya mati. Ada hubungan yang unik antara anak dan binatang.
Mengapa Suka Hewan?
Barangkali Anda memiliki anak
yang suka memelihara hewan tertentu. Padahal Anda sendiri tidak suka. Entah itu
kucing, anjing, kelinci, hamster, ayam yang memang sudah biasa dipelihara. Atau
bahkan binatang-binatang yang tak lazim seperti ular, iguana, monyet, tikus,
bahkan… anak macan.
Selain lucu, bulunya yang halus,
bentuk wajahnya yang iut, sebenarnya secara psikologis ada beberapa hal yang
membuat anak-anak suka memelihara hewan. Olin Eugene Myers, Jr., seorang
psikolog dari Western Washington University, Amerika Serikat mengatakan, ada
beberapa faktor yang menentukan interaksi antara anak dengan hewan.
A. Reaksi Positif
Reaksi anak terhadap binatang
tergantung respon awal mengenai binatang tersebut. Ini tentu saja akan didapat
anak dari lingkungannya. Ketika seorang anak ‘berkenalan’ dengan binatang itu
dengan cara positif, misalnya seekor anak kucing yang lucu dan lincah tiba-tiba
mendekati anak Anda. Kemudian mereka akrab bercanda, si kucing juga nurut
dibelai-belai, maka respon positif telah tertanam pada diri anak Anda. Maka
jika anak Anda kemudian berniat memelihara kucing, Anda jangan heran.
Namun ketika kucing tesrebut
tiba-tiba galak lalu mencakar anak Anda hingga berdarah, dan anak Anda menangis
kesakitan sampai ia ketakutan jika dekat dengan kucing, maka telah terjadi
respon negatif. Anak Anda tak akan lagi mau mendekati kucing, apalagi
memeliharanya.
Ketika Anda mengajak anak-anak ke
kebun binatang, tanpa disadari sebenarnya Anda telah menanamkan ‘kesan’ kepada
anak-anak. Padahal mungkin tujuan Anda hanya ingin memperkenalkan binatang pada
mereka. Respon positif anak-anak terhadap binatang itulah yang mendorong
hatinya untuk mencintai binatang.
B. Tubuh Hewan Unik
Tubuh binatang yang lebih kecil
dari tubuh anak, bentuk badannya yang unik, bulu yang halus atau tingkahnya
yang lucu membuat anak-anak Anda ‘jatuh cinta’. Secara keseluruhan mereka bisa
membelainya, menggendongnya dan menciuminya. Akhirnya anak akan menemukan
kesenangan lain. Berbeda jika mereka membelai boneka sekali pun itu boneka
binatang.
Semakin mereka merasakan
kesenangan dengan membelai tubuh biantang kesayangannya, semakin mereka
merasakan ada sesuatu ‘ikatan’ dengan binatang kesayangannya itu. Mereka
merasakan keunikan dari binatang itu.
C. Ekspresi Balik
Ketika anak Anda membelai,
mencium dan memeluk binatang kesayangannya itu, tentu saja si binatang ikut
merasakan betapa ia disayang. Si binatang juga akan memberikan respon balik
dengan gerak-geriknya. Ketika ia dibelai-belai, binatang itu akan diam manja.
Ketika ia diajak bercanda, ia akan senang meloncat-loncat. Itulah ekspresi
balik binatang melalui feeling-nya.
D. Saling Berinteraksi
Ketika seorang anak telah punya
kesan positif dan merasa telah mendapatkan ‘sesuatu’ dari hewan peliharaannya
itu, anak akan menganggap binatang peliharaannya sebagai ‘teman’. Mereka saling
berinteraksi satu sama lain. Anak punya rasa kepedulian dan tanggung jawab
menjaga binatang kesayangannya itu dan si binatang seolah-olah merasa punya
‘hutang budi’ pada tuannya.
Benarkah Bermanfaat?
Secara psikologis, anak yang
memelihara binatang jadi lebih peduli, lebih bertanggung jawab, juga lebih
sayang. Tampaknya memelihara binatang ada sisi positifnya. Berdasarkan hasil
penelitian, berteman dengan hewan mengajarkan anak tanggung jawab, mendorong
tumbuhnya kepedulian, rasa solidaritas, pertemanan, keamanan, kenyamanan dan
sarana menyalurkan kasih sayang.
Beberapa anak bahkan menggunakan
binatang peliharaannya sebagai teman saat mereka bosan, kesepian, atau ketika
sedang sedih. ahkan beberapa negara telah menggunakan binatang sebagai sarana
terapi bagi anak-anak yagn sulit menjalani hubungan orang lain. Tapi, kata
Myers, sebaiknya tidak memilih hewan-hewan yang tidak lazim seperti ular,
iguana atau anak macan, kecuali orangtua memang sudah memeliharanya lebih dulu.
Jadi, biarkanlah anak-anak Anda memelihara binatang kesukaannya.
Jika Anak Anda Memelihara Binatang
- Pastikan bahwa binatang yang akan dipelihara bukan binatang buas dan bebas dari penyakit. Bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikannya. Secara berkala bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikan bahwa binatang itu sehat.
- Ajari anak Anda untuk selalu menjaga kebersihan binatang peliharaannya. termasuk di mana binatang itu mengeluarkan kotoran, makan dan sebagainya.
- Mintalah anak untuk memberi sendiri makan dan minum binatang kesayangannya. Tegaskah bahwa itulah konsekuensi jika ingin memelihara binatang.
- Tekankan pada mereka bahwa binatang hanya ‘jembatan’ bagi mereka untuk dapat lebih baik bersosialisasi dengan orang lain
sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/52f055bafbca17ec268b4742/memelihara-binatang-dan-kesehatan-anak/
0 komentar:
Posting Komentar